Jumat, 30 September 2011

BENAR DAN SALAH



Ku tak mampu tuk menghindar, cengkraman rasa terus menikam dari kepala hingga kaki. Hati bergejolak, ingin berontak mencoba menolak. Percuma saja,,,,
Pasrah… hanya itu yang ku bisa.
Dilema, ku tak ingin ini jadi petaka. Aku kan terluka, kaupun sama terluka karenanya.

Aaahh… entahlah, apakah mereka tau tentang apa yang kita lakukan?
Mengertikah mereka dengan hati kita?
Ku yakin, mereka pun pernah muda, mereka pun pernah mengalami dilema cinta. Tapi mengapa mereka memberi kita dilema?
Mengganggu aktifitas kah? Ku rasa tidak.

Mungkin benar, menurut agama “tidak ada kata pacaran”,
Pacaran dalam segi apa??
Salahkah jika kita mempunyai hubungan tuk saling mengenal diri pribadi?
Salahkah jika mencoba menyatukan hati?

Lihatlah…
Tidak sedikit pasangan suami istri berpisah karena tidak saling mengerti pasangannya.
Tidak sedikit pula pertengakaran berbuah perceraian terjadi karena tidak tahu banyak tentang pasangannya.
Bukankah “perceraian” adalah hal yang di benci Gusti Allah??

Lalu…
Jika seseorang berhubungan (katakanlah pacaran) untuk saling mengenal watak, sifat, kebiasaan, masing-masing. Apakah itu salah?
Toh, hubungan mereka masih dalam tahap wajar… malah dengan hubungan itu mereka lebih termotifasi dalam kebaikan. Saling mengingatkan, saling tukar pikiran, belajar untuk kehidupan kelak.


Kamis, 29 September 2011

frustasi

FRUSTASI
Oleh : Awang Junior

Menghirup segarnya malam , disisa runtuhan iman
Terbaring di atas altar Tuhan,
Aroma arak tak jua hilang.
Tertawa, ha…ha…ha…
Memekin malam sunyi.
Menangis, tersendak, dan kembali terbahak.

Wahai jiwa-jiwa yang kelam, apa kabar?
Lihatlah! Mataku tak mampu terpejam.

Hilang, sadarku terbang
Pergi, anganku menyendiri
Kembali, kapan kan kembali?

Manusia-manusia durjana, kemarilah!
Rahwana Raja telah merasuk kepala,
Berputar terus berputar, seperti kutu di atas bangkai.


Cirebon, 27 September 2011
19.30


BINTANG KECILKU*


Oleh : Awang Junior

Menangis, ku kan menangis.
Jika ku kehilanganmu.
Tak terbayangkan, kiamatku kan terjadi jika kau pergi,
Tawaku mati tanpamu.

Kau begitu berharga,
Rindu, kasih, cinta tercipta karena kau selalu ada.
Kaulah sebuah Maha Karya terindah,
Pelengkap kepingan jiwa.
Kaulah titisan Dewi Sinta, hadir dengan penuh cinta.

Wahai bintang kecilku,
Kau bukan kekasihku,
Kau bukan idolaku, bukan pula pendamping hidupku,
Tapi kau melebihi semua.
Kau bagai bintang di gelap malam,
Begitu berharga bagi sang langit,
Kau bintang yang menyempurnakan malam.

Bintang kecilku, Tetaplah kau begitu.
Ku kan tetap menjagamu, hingga langit tak mampu terang.


Cirebon, 27 September 2011
23.30


*) Terima kasih untuk adik-adiku tercinta.   
     (Opi Tansela, Ratu Amelia, Nurul Badriyah, Tyara)

Senin, 26 September 2011

“BUNDA”



Oleh : Awang Junior

Terbayang akan jasa-jasamu, peluh tak pernah mengeluh, lelah tak pernah menyerah.
Menuntun kami dengan penuh cinta, tuk temukan surga.
Niatmu tak pernah berubah, meski tak mudah .
Ketegaran tetap tersanding di depan mata kami,
walau kami tahu terkadang melemah.
 
Penghargaan besar pantaslah tersemat untukmu.
Engkaulah manusia terhebat,
Engkaulah sang malaikat,
Pejuang hari kiamat.
Oh Tuhan,

Jadikanlah ia sebagai manusia pilihan-Mu,
Sandingkanlah ia dengan kami, kelak di surga-Mu,
Jagalah ia tetap dalam cinta-Mu.

Kami… mungkin tak akan mampu tuk membalas jasa-jasanya,
Walau bintang bulan kami persembahkan,
Walau nyawa menajadi taruhan,
Semua tak akan menyamai apa yang telah ia lakukan.

Bunda…
Maafkan kami yang tak bisa membahagiakanmu…



Cirebon, 26 September 2011
08.30 WIB

Minggu, 18 September 2011

FATAMORGANA

Bingung… hariku terus membingungkan. Dulu ku selalu berkata “aku ingin kembali padamu”, tapi tak pernah kau pedulikan, sampai sekarang pun seperti itu. Hingga ku berfikir kau benar-benar tak peduli.

Hari berganti, kita semakin jauh. Jangankan duduk satu meja, tegur sapa pun tak ada. Mungkin kita sudah berakhir, biarlah seperti ini asal tidak saling menyakiti. (fikirku).
Bulan baru, tak sengaja ku jumpa kamu di kedai kopi depan kampus. Mulai saat itulah, ku kembali mampu menggerakan bibir tuk memanggilmu “Jeyek”.

17 September 2011, sungguh tak disangka kau masih perhatian dan peduli denganku. Rasa sakit di perutku akibat maag terasa ringan saat kau disampingku. Tapi ku tau, ini hanya bentuk kepedulian terhadap teman, ku sadar betul tentang itu.
Aku tak mau lagi terjerumus dalam perasaan yang salah. Fatal jika itu kembali terjadi dan kita kembali jauh, aku pun tak mau seperti itu, seperti yang kau tuturkan pada malam harinya.

Santai sajalah, ikuti arus saja.

18 September 2011, kau mendatangiku berniat meminta bantuan tuk memulihkan FD yang rusak.
Tanpa ku sadari, saat ku tinggal keluar kau mengoprek FD yang berisikan data pribadi. Aahhh… biarlah nikmatilah isi FD-ku.
Entah mengapa, setelah beberapa menit denganmu ku merasa tergoda oleh bahasa tubuhmu.
Kita pun terbuai nafsu … (fatamorgana) . . .

“Jangan minta balikan” . . . itu kalimat yang terucap dari bibirmu, aku tak tau apa maksudnya. Setelah terbuai dalam “fatamorgana”, ku fikir kita akan kembali memadu cinta… tapi kalimat itu sungguh membuatku bingung.
Hingga detik ini . . .

Kamis, 08 September 2011

PANGERAN DAN RATU ELIZABETH

Alkisah, di suatu daerah tinggallah seorang Pangeran, ia bernama Antonio. Antonio tinggal di suatu kerajaan yang cukup makmur. Antonio adalah putra ke-6 dari 7 bersaudara.
Pada suatu ketika, di suatu daerah kerajaan yang tidak jauh dari kerajaan Antonio, yaitu Kerajaan Buntren mengadakan acara ritual mengenang para raja, Antonio ingin sekali pergi kesana. Tapi ia bingung, mau kesana dengan siapa. Antonio tidak terbiasa pergi sendirian.
Maka dengan telepati yang ia kuasai, pangeran Antonio mencoba menghubungi Pangeran Benzaghi dari Kerajaan Timur. Pangeran Antonio dan Benzaghi sudah lama berteman, karena keduanya menimba ilmu di padepokan yang sama. Semenjak masuk di padepokan, mereka langsung cocok, dan saling mengerti satu sama lain. Bahkan saat bersaing memperebutkan seorang ratu, tidak mengurangi keakraban mereka.
Mendapat ajakan dari Antonio, tanpa banyak bertanya, Pangeran Benzaghi bergegas menuju kerajaan Timur dengan kuda hitamnya.
***
 

Senja sudah nampak di ujung barat, Pangeran Benzaghi sudah tiba di Kerajaan Timur. Setelah menikmati jamuan, dan bersantai sejenak, keduanya telah siap pergi menghadiri ritual para raja. Dengan kuda tunggannya, mereka menuju ke tempat ritual. Hanya setengah jam dari tempat Antonio.
Baru sampai di gerbang kerajaan Buntren, jalanan sudah penuh dengan antrian pada penduduk, laki-laki perempuan berbaur. Namun sayang sekali, kuda yang mereka tunggangi tidak boleh dibawa masuk. Hanya cukup di luar gerbang saja. Dan keduanya berjalan menuju tempat ritual yang ada di dalam wilayah kerajaan.
Tidak lama kemudian, sampailah mereka ditempat ritual, diikutinya acara ritual dengan khusuk. Walaupun gerimis turun, tapi tidak mengurangi kekhusu’an ritual. Tapi kelakuan bengal Antonio belum juga hilang, disela-sela ritual ia masih sempat menyalakan cerutunya. Walaupun begitu, Antonio tetap khusuk mengikuti ritual, mengikuti doa-doa yang dibacakan para pinih sepuh, hingga acara ritual selesai.
***
 

Malam mulai dingin, Antonio dan Benzaghi masih ada di wilayah kerajaan Buntren. Mereka sengaja tidak langsung pulang, disamping di kerajaan Buntren ada acara jamuan pada malam hari, mereka juga berniat mencari Ratu Elizabeth, teman lamanya sejak di padepokan. Namun dikarenakan beberapa hal, Ratu Elizabeth pindah ke padepokan khusus perempuan. Antonio dan Benzaghi pun tidak pernah bertemu lagi dengan Ratu Elizabeth.
Pada acara ritual seperti ini biasanya Ratu Elizabeth juga hadir, makanya Antonio dan Benzaghi memutuskan tidak langsung pulang, dan mau mencari Elizabeth sampai ketemu. Walaupun sangat sulit menemukan satu orang diantara ribuan pengunjung, tapi niat Antonio dan Benzaghi sudah bulat, tidak ada yang bisa menghalangi niatan mereka.
Antonio dan Benzaghi terus mencari Elizabeth, mereka sangat yakin akan menemukan Elizabeth ditempat itu. Karena dulu Elizabeth pernah tinggal di Kerajaan Buntren, pastinya dia akan kesini menghadiri acara ritual.
Ruas-ruas jalan yang penuh dengan manusia tidak menghalangi mereka tuk mencari Elizabeth, tempat-tempat yang kemungkinan di datangi oleh seorang ratu mereka datangi. Sampai tak terasa malam semakin larut, ruas jalan mulai sedikit lengang. Tapi lelah mulai menggoda, aroma khas minuman kerajaan memaksa mereka untuk beristirahat melepas lelah, tidak ketinggalan pula cerutu menemani istirahat mereka.
***
 

Detik berganti menit, menit berganti jam, tengah malam telah lewat. Rasa ngantuk mulai menghantui. Antonio terlihat begitu lelah, perbincangan Antonio dan Benzaghi sedikit menandakan keputus asaan.
Ditengah-tengah keputus asaan, tiba-tiba mata Antonio tertuju pada sesosok wanita, berjalan begitu anggun dengan kedua temannya.
“Benz, itu Elizabeth” teriak Antonio spontan.
Tapi… owh siapa itu dua orang laki-laki persis di belakang Elizabeth?
Antonio dan Benzaghi mulai bertanya-tanya, tapi mereka tidak tinggal diam. Di ikutinya Elizabeth dari kejauhan. Antonio semakin tidak sabar, ia berjalan lebih cepat namun tetap menjaga jarak, agar tidak terlalu dekat dengan mereka. Antonio dan Benzaghi tidak enak hati jika langsung menghampiri mereka, ditakutkan salah satu dari laki-laki itu adalah kekasih Elizabeth.
Benar saja, kekhawatiran mereka cukup beralasan. Keluar dari pintu gerbang, Elizabeth, dua orang temannya, dan dua laki-laki itu masuk ke sebuah tenda (tempat makan). Melihat semua itu, Antonio dan Benzaghi memutuskan untuk balik lagi ke tempat mereka menikmati minuman tadi. Dengan harapan, Elizabeth balik lagi melewati tempat mereka.
***
 

Dewi fortuna rupanya berpihak pada mereka, tidak lama berselang Elizabeth benar-benar balik lagi melewati tempat mereka istirahat, tapi kali ini dengan menunggani kereta kuda. Rupanya Elizabeth sempat melihat Antonio dan memanggilnya. Antonio tidak dapat berkata apa-apa, tertegun diam.
Setelah kereta yang ditumpangi Elizabeth cukup jauh, Antonio baru sadar dan langsung mengejar kereta itu di temani Benzaghi.
Akhirnya kerata kuda itu berhenti di depan kedai, Antonio langsung menghampiri Elizabeth keduanya tersenyum setelah saling melihat. Tapi Elizabeth sejenak masuk ke kedai untuk membeli minuman. Antonio dan Benzaghi menunggu di luar.
Tak berapa lama, Elizzabeth dan kedua temannya keluar dan menghampiri Antonio. Perbincangan pun dimulai, namun mereka tidak merasa nyaman berbincang di pinggir jalan, dan dilihat banyak mata. Elizabeth pun mengajak Antonio dan Benzaghi ke sebuah padepokan kecil. Sewaktu Elizabeth tinggal di kerajaan Buntren, padepokan kecil jadi tempat Elizabeth menimba ilmu.
 

Elizabeth, dua temannya, Antonio, dan Benzaghi sampai di padepokan, mereka duduk di dekat taman yang cukup asri. Dinginnya angin tidak terasa karena perbincangan mereka semakin hangat. Antonio, Benzaghi, dan Elizabeth silih berganti bercerita, tukar pengalaman, dan melepas kerinduan. Canda tawa terlontar, menyeruak menembus gelapnya langit. Kehangatan, keakraban yang sempat hilang kini kembali lagi.
Kegigihan Antonio dan Benzaghi tuk menemukan Elizabeth tidak sia-sia, kesabaran berbuah manis, RATU YANG HILANG TELAH KEMBALI.
***

Inilah cerpen kolosal dari Awang Junior,  biarlah kita tinggalkan Antonio, Elizabeth, dan Benzaghi yang sedang dimabuk rindu. Semoga dari cerpen kolosan ini, dapat kita petik buah yang manis.
Tanpa mengurangi rasa hormat, terlontar terima kasih kepada para pemain, dan  bagi para pembaca.
 
“Salam hangat dariku sang penulis”
 
03.04.2011