Alkisah, di suatu daerah tinggallah seorang Pangeran, ia bernama Antonio. Antonio tinggal di suatu kerajaan yang cukup makmur. Antonio adalah putra ke-6 dari 7 bersaudara.
Pada suatu ketika, di suatu daerah kerajaan yang tidak jauh dari kerajaan Antonio, yaitu Kerajaan Buntren mengadakan acara ritual mengenang para raja, Antonio ingin sekali pergi kesana. Tapi ia bingung, mau kesana dengan siapa. Antonio tidak terbiasa pergi sendirian.
Maka dengan telepati yang ia kuasai, pangeran Antonio mencoba menghubungi Pangeran Benzaghi dari Kerajaan Timur. Pangeran Antonio dan Benzaghi sudah lama berteman, karena keduanya menimba ilmu di padepokan yang sama. Semenjak masuk di padepokan, mereka langsung cocok, dan saling mengerti satu sama lain. Bahkan saat bersaing memperebutkan seorang ratu, tidak mengurangi keakraban mereka.
Mendapat ajakan dari Antonio, tanpa banyak bertanya, Pangeran Benzaghi bergegas menuju kerajaan Timur dengan kuda hitamnya.
***
Senja sudah nampak di ujung barat, Pangeran Benzaghi sudah tiba di Kerajaan Timur. Setelah menikmati jamuan, dan bersantai sejenak, keduanya telah siap pergi menghadiri ritual para raja. Dengan kuda tunggannya, mereka menuju ke tempat ritual. Hanya setengah jam dari tempat Antonio.
Baru sampai di gerbang kerajaan Buntren, jalanan sudah penuh dengan antrian pada penduduk, laki-laki perempuan berbaur. Namun sayang sekali, kuda yang mereka tunggangi tidak boleh dibawa masuk. Hanya cukup di luar gerbang saja. Dan keduanya berjalan menuju tempat ritual yang ada di dalam wilayah kerajaan.
Tidak lama kemudian, sampailah mereka ditempat ritual, diikutinya acara ritual dengan khusuk. Walaupun gerimis turun, tapi tidak mengurangi kekhusu’an ritual. Tapi kelakuan bengal Antonio belum juga hilang, disela-sela ritual ia masih sempat menyalakan cerutunya. Walaupun begitu, Antonio tetap khusuk mengikuti ritual, mengikuti doa-doa yang dibacakan para pinih sepuh, hingga acara ritual selesai.
***
Malam mulai dingin, Antonio dan Benzaghi masih ada di wilayah kerajaan Buntren. Mereka sengaja tidak langsung pulang, disamping di kerajaan Buntren ada acara jamuan pada malam hari, mereka juga berniat mencari Ratu Elizabeth, teman lamanya sejak di padepokan. Namun dikarenakan beberapa hal, Ratu Elizabeth pindah ke padepokan khusus perempuan. Antonio dan Benzaghi pun tidak pernah bertemu lagi dengan Ratu Elizabeth.
Pada acara ritual seperti ini biasanya Ratu Elizabeth juga hadir, makanya Antonio dan Benzaghi memutuskan tidak langsung pulang, dan mau mencari Elizabeth sampai ketemu. Walaupun sangat sulit menemukan satu orang diantara ribuan pengunjung, tapi niat Antonio dan Benzaghi sudah bulat, tidak ada yang bisa menghalangi niatan mereka.
Antonio dan Benzaghi terus mencari Elizabeth, mereka sangat yakin akan menemukan Elizabeth ditempat itu. Karena dulu Elizabeth pernah tinggal di Kerajaan Buntren, pastinya dia akan kesini menghadiri acara ritual.
Ruas-ruas jalan yang penuh dengan manusia tidak menghalangi mereka tuk mencari Elizabeth, tempat-tempat yang kemungkinan di datangi oleh seorang ratu mereka datangi. Sampai tak terasa malam semakin larut, ruas jalan mulai sedikit lengang. Tapi lelah mulai menggoda, aroma khas minuman kerajaan memaksa mereka untuk beristirahat melepas lelah, tidak ketinggalan pula cerutu menemani istirahat mereka.
***
Detik berganti menit, menit berganti jam, tengah malam telah lewat. Rasa ngantuk mulai menghantui. Antonio terlihat begitu lelah, perbincangan Antonio dan Benzaghi sedikit menandakan keputus asaan.
Ditengah-tengah keputus asaan, tiba-tiba mata Antonio tertuju pada sesosok wanita, berjalan begitu anggun dengan kedua temannya.
“Benz, itu Elizabeth” teriak Antonio spontan.
Tapi… owh siapa itu dua orang laki-laki persis di belakang Elizabeth?
Antonio dan Benzaghi mulai bertanya-tanya, tapi mereka tidak tinggal diam. Di ikutinya Elizabeth dari kejauhan. Antonio semakin tidak sabar, ia berjalan lebih cepat namun tetap menjaga jarak, agar tidak terlalu dekat dengan mereka. Antonio dan Benzaghi tidak enak hati jika langsung menghampiri mereka, ditakutkan salah satu dari laki-laki itu adalah kekasih Elizabeth.
Benar saja, kekhawatiran mereka cukup beralasan. Keluar dari pintu gerbang, Elizabeth, dua orang temannya, dan dua laki-laki itu masuk ke sebuah tenda (tempat makan). Melihat semua itu, Antonio dan Benzaghi memutuskan untuk balik lagi ke tempat mereka menikmati minuman tadi. Dengan harapan, Elizabeth balik lagi melewati tempat mereka.
***
Dewi fortuna rupanya berpihak pada mereka, tidak lama berselang Elizabeth benar-benar balik lagi melewati tempat mereka istirahat, tapi kali ini dengan menunggani kereta kuda. Rupanya Elizabeth sempat melihat Antonio dan memanggilnya. Antonio tidak dapat berkata apa-apa, tertegun diam.
Setelah kereta yang ditumpangi Elizabeth cukup jauh, Antonio baru sadar dan langsung mengejar kereta itu di temani Benzaghi.
Akhirnya kerata kuda itu berhenti di depan kedai, Antonio langsung menghampiri Elizabeth keduanya tersenyum setelah saling melihat. Tapi Elizabeth sejenak masuk ke kedai untuk membeli minuman. Antonio dan Benzaghi menunggu di luar.
Tak berapa lama, Elizzabeth dan kedua temannya keluar dan menghampiri Antonio. Perbincangan pun dimulai, namun mereka tidak merasa nyaman berbincang di pinggir jalan, dan dilihat banyak mata. Elizabeth pun mengajak Antonio dan Benzaghi ke sebuah padepokan kecil. Sewaktu Elizabeth tinggal di kerajaan Buntren, padepokan kecil jadi tempat Elizabeth menimba ilmu.
Elizabeth, dua temannya, Antonio, dan Benzaghi sampai di padepokan, mereka duduk di dekat taman yang cukup asri. Dinginnya angin tidak terasa karena perbincangan mereka semakin hangat. Antonio, Benzaghi, dan Elizabeth silih berganti bercerita, tukar pengalaman, dan melepas kerinduan. Canda tawa terlontar, menyeruak menembus gelapnya langit. Kehangatan, keakraban yang sempat hilang kini kembali lagi.
Kegigihan Antonio dan Benzaghi tuk menemukan Elizabeth tidak sia-sia, kesabaran berbuah manis, RATU YANG HILANG TELAH KEMBALI.
***
Inilah cerpen kolosal dari Awang Junior, biarlah kita tinggalkan Antonio, Elizabeth, dan Benzaghi yang sedang dimabuk rindu. Semoga dari cerpen kolosan ini, dapat kita petik buah yang manis.
Tanpa mengurangi rasa hormat, terlontar terima kasih kepada para pemain, dan bagi para pembaca.
“Salam hangat dariku sang penulis”
03.04.2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar